Entri Populer

Jumat, 24 Oktober 2014

Perempuan Sedarah



Hai perempuan-perempuan sedarah
Yang terus bercerita dengan penanya
Melakonkan berbagai jenis topeng
Meski ku lihat jelas wajah sebenarnya

 Hai perempuan-perempuan sedarah
Ada rasa yang tak ternilai untukmu
Rasa yang takkan pernah pudar terhapus jaman
Meski nantinya kita harus terpisah

Kalianlah perempuan  kedua yang mampu membuat jiwaku takut
Takut akan dongeng masa depan tentang kesendirianku kelak
Tak banyak pintaku hai perempuan sedarah
Tetaplah disampingku sampai kau benar-benar lelah!

-Perempuan Sedarah-
Yathie
23 oktober 2014


Setia (Kopi)



Hitam bersama pekatnya malam
Berbuih bagai ombak pantai selatan
Hangat bak mentari pagi
Setia tanpa perlu berjanji
Adalah kopi

Setia menemani kala riang, duka, bahkan serius
Aroma khas memberi sentuhan lembut
Untuk cepat bergumul dengannya

Ketertarikanku padamu tak sekadar suka
Bahkan ku adalah penikmat tanpa lelah
Kopi hitam teman setia tanpa intrik

-SETIA (KOPI)-
Yathie
23 Oktober 2014

Tanya



Hai jiwa yang masih terpenjara dalam kesakitan
Masihkah kau tak berpikir untuk beranjak?
Hatimu yang terlalu baik untuk menerima bualan-bualan
Menerima segala janji-janji indah palsu pangeran tak berkuda
Masihkah kau tak berpikir untuk beranjak?
Keakuan akan terus membawamu pada luka yang teramat
Hingga terjerat nyanyian luka yang sama
Masihkah kau tak berpikir untuk beranjak?

-TANYA-
Yathie
23 Oktober 2014



-

Abadi



Selaksa rasa rindu mencabik rongga jiwaku
Tatkala angin berhembus menggoda dengan syahdu
Mencoba kembali mengingatkan kisah klasik
Yang membelai lembut di setiap malamku

Ku tak ingin terus terbayang oleh sketsa masa lalu
Yang terus terpampang jelas dalam album hidup
Hingga mengantarkanku pada hujan tanpa awan
Di tengah malam gelap
Mungkin takkan berderai bahkan setitik
Tapi membekas pada relung-relung hati

Ku coba melarikan diri
Bahkan mencoba untuk amnesia sesaat
Ajaibnya, rindu itu masih saja bak bayangan yang terus mengikuti
Ternyata ku bodoh bila ingin menepis rindu itu
Rindu akan sosok hebat
Sosok yang memberi bahunya kala ku lelah
Rela kulitnya terbakar legam demi sesuap nasi
Nafasnya yang kadang tersengal oleh beban
Dan terhempas oleh cemoohan sang benar

Ayah,
Berjuta rindu untukmu yang kini terbaring dalam tidur abadi
Kerinduan yang tak mungkin menghilang hingga kita dipertemukan, lagi!

-ABADI-
Yathie
23 Oktober 2014








-JKW-

Hay Presidenku,
Ku tatap engkau dalam layar dimensi
Penuh gaya klasik dengan panggilan khasmu
Jokowi yah Jokowi!
Presidenku yang bersahaja dengan blusukannya
Bermata sayu berparas tirus

Negaraku, Indonesia!
Kini menjadi anakmu yang penuh karakter
Menjinakkan mereka bukanlah hal mudah bahkan sulit
Mereka yang kadang hanya sekadar seorang kritikus handal
Berdalih demi sebuah revolusi kematianmu

Jokowi,
Presidenku yang masih seumur jagung menjadi seorang Bapak
Memperhitungkan nasib berjuta pasang mata
Ku harap mimpi anakmu ini mampu engkau wujudkan
Menjadikan tanah yang kuinjak menjadi emas
Menjadikan lautku menjadi butiran berlian yang hak paten
Dan menjadikan alamku tak sekadar lukisan kanvas murahan

-JKW-
Yathie
22 Oktober 2014

Matahari



Terhenyakku dalam lamunan tentang arti sebuah kebersamaan
Masih ku dapati wajah-wajah tulus menari dalam klise retinaku
Yang enggan beranjak dan menghilang

Kala itu kita tak sepaham karena ego masing-masing
Hingga berujung pada air mata penyesalan
Air mata yang mengawali eratnya ikatan batin kita
Mengawali pemikiran-pemikiran sang pujangga hidup
Untuk saling menguatkan kala terjatuh

Kita pernah mendapat ‘hadiah dari seorang bulan
Tapi ternyata kita adalah matahari yang mampu meredupkan cahaya bulan
Mampu berkoar dan tertawa diatas cahaya sendiri
Hahahahaha..

Adalah selaksa rasa takut yang merasuki jiwaku
Ketika kita harus saling menjauh dan pergi
Tak lagi seirama bahkan terhapuskan dari memory masing-masing
Hingga menemui kodrat hidup tersendiri

Tapi kuyakin bias cahaya matahari akan terus ada
Meski akan ada kamuflase matahari lain
yang menjanjikan bias-bias keabadian.

-Matahari-
Yathie
22 Oktober 2014